Antisipasi Terjadinya Mark Up Pricing Oleh Karyawan Dengan Sistem ERP

Mark Up Pricing adalah

Mark up pricing adalah metode penetapan harga yang diterapkan di dunia bisnis dalam meningkatkan harga jual, kemudian ditambah dengan biaya dari suatu produk tersebut. Dengan menggunakan metode tersebut, maka didapatkan tingkat keuntungan awal atau margin atas barang yang akan dijual.

Perhitungan mark up pricing digunakan untuk menutup pengeluaran tidak langsung dan juga laba/rugi perusahaan. Rumus yang sederhana dari mark up pricing :

 

Mark up pricing = Anggaran/Biaya Beli Suatu Produk/Jasa + Mark Up

Dengan menggunakan metode mark up pricing, bisnis Anda berarti telah menetapkan harga yang baik dan sesuai kebutuhan biaya dan pendapatan. Selain itu, dengan metode dan memasukkan harga ke dalam software kasir yang Anda gunakan, maka harga Anda tidak akan berubah dan dimainkan oleh sembarang orang. 

Metode Penetapan Harga Lainnya Selain Mark Up Pricing

Mark Up Pricing adalah
Sumber: Freepik

Metode penetapan harga tak terbatas mark up pricing saja, karena masih terdapat beberapa metode lainnya yang terbagi menjadi 3 macam pendekatan. Berikut ini penjelasan lengkapnya.

Berdasarkan biaya

Pendekatan ini berdasarkan pada sudut pandang dalam penghitungan biaya.

Penetapan harga pada biaya plus

Di dalam metode ini, penentuan harga jual tiap unit dihitung dengan cara menghitung jumlah total biaya dari setiap unit ditambah dengan jumlah tertentu untuk dapat menutupi laba yang diinginkan pada unit tersebut atau margin.

Rumus: Harga Jual = Biaya Total + Margin

Penetapan mark up pricing

Harga jual tiap unit ditentukan dengan cara menghitung HPP (Harga Pokok Pembelian) per unit ditambah dengan jumlah tertentu (mark up).

Rumus: Harga Jual = HPP + Mark Up


Penetapan untuk harga Break Even Point (BEP)

Metode untuk penetapan harga yang berdasarkan pada nilai keseimbangan Break Even Point (BEP) antara jumlah total keseluruhan biaya dikurangi dengan jumlah total keseluruhan dari penerimaan.

Rumus: Total Keseluruhan Biaya – Total Keseluruhan Penerimaan

 

Berdasarkan harga kompetitor/pesaing

Penetapan harga jenis ini dilakukan dengan cara menggunakan harga kompetitor yang dijadikan sebagai referensi. Di dalam pelaksanaannya, metode seperti ini lebih cocok digunakan untuk produk standar pada kondisi pasar oligopoli.

Dalam menarik dan juga meraih para pelanggan, setiap perusahaan biasanya akan menggunakan strategi penjualan dan bahkan dalam prakteknya biasa digunakan juga dalam menyiasati para pesaingnya, contohnya seperti menetapkan harga produk di bawah harga pasaran dengan tujuan merebut pangsa pasar.

 

Berdasarkan permintaan

Penetapan harga ini didasari oleh persepsi konsumen terhadap price value (nilai yang diterima), sensitivitas harga, dan juga perceived quality.

Untuk dapat mengetahui value atas setiap kualitas, Anda bisa menggunakan analisis PSM (Price Sensitivity Meter). Pada metode analisis ini, konsumen akan diberikan survey tentang harga terhadap kualitas yang mereka terima, contohnya seperti apakah merasa barang yang mereka terima harganya murah, terlalu murah, apakah terasa mahal, ataukah terlalu mahal.

 

Tips Menentukan Mark Up Pricing

Seringkali para pelaku usaha pemula menganggap mark up sekedar menambahkan berapa nilai keuntungan yang ingin diperoleh. Padahal sebelum kita menetapkan mark up pricing, ada beberapa poin utama yang harus dipertimbangkan. 

Pertama adalah target penjualan. Hal ini sangat penting untuk dijadikan sebagai sebuah acuan tentang berapa banyaknya produk yang harus terjual dalam kurun waktu 1 bulan atau 1 hari. Hal ini sangat penting untuk dipertimbangkan agar kita tahu sudah berapa lama produk tersebut berada dalam toko.

Kedua adalah biaya operasional. Biaya operasional tersebut meliputi transportasi, komunikasi, dan juga packing. Biaya-biaya tersebut merupakan biaya yang harus diperhitungkan agar kita tahu berapa jumlah biaya operasional dalam setiap produksi barang.

Ketiga, target pengembangan. Dalam sebuah bisnis yang dikelola tentunya harus terus tumbuh dan juga berkembang. Target tersebut sudah semestinya menjadi perhitungan agar setiap keuntungan yang didapatkan bisa berpengaruh terhadap setiap upaya pengembangan dari bisnis tersebut.

 

Contoh mark up pricing 

Eliza adalah seorang pengusaha yang menjual bahan kue dengan jumlah 100 buah barang. Ia telah mengambil produk 1 dengan harga Rp100.000 per buah. Lalu biaya operasional tokonya adalah Rp1.000.000 per bulan. Maka untuk menentukan mark up pricing dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut.

Langkah ke 1 : Menentukan target penjualan

Misalkan setiap hari minimal menjual produk 1 sebanyak 1 buah barang dan total dengan barang yang lainnya sebanyak 10 buah barang.

Langkah ke 2 : Menentukan biaya operasional

Biaya yang harus dikeluarkan untuk operasional Rp1.000.000 tiap bulan, jadi jika dibagi 30 hari maka didapatkan jumlah: Rp1.000.000 : 30 = Rp 33.333 tiap hari, jumlah  dibulatkan menjadi  Rp34.000 per hari. Diketahui ada 10 buah barang terjual per harinya, maka biaya operasional masing-masing produk tersebut  dibagi 10 : 

Rp34.000 : 10 = Rp3.400 per produk.

Langkah ke 3 : Menentukan target pengembangan

Umumnya, para pedagang retail menetapkan jumlah margin keuntungan paling sedikit 20% – 30%, bahkan ada yang menetapkan 50% dari harga pembelian, tergantung jenis barang. Yang menjadi pertanyaan adalah persentase manakah yang cocok untuk Anda gunakan di bisnis Anda? Sebelum mengambil keputusan, sebaiknya perhatikan dua pertimbangan berikut ini untuk menentukan persentase mana yang cocok untuk Anda ambil.

  1. Pertama, jangkauan daya beli konsumen berdasarkan pada lokasi saat menjual produk tersebut atau lokasi toko. Apabila kita menjual produk untuk masyarakat dengan kondisi ekonomi rendah, maka margin keuntungan sebesar 20%  dinilai masih wajar.
  2. Kedua, menganalisa harga dari para kompetitor, termasuk di dalamnya membandingkan harga-harga toko online agar dalam kita melakukan mark up pricing tidak terlalu berlebihan.
    Bila diasumsikan dengan menggunakan margin 20%, maka keuntungan produk 1 sebesar Rp100.000 x 20% = Rp20.000. Berikut ini rumus untuk menentukan harga jual produk tersebut:

Harga Jual Produk = Harga Pembelian + Biaya Operasional Per Produk + Biaya Pengembangan (Mark Up).

Harga Jual Produk = Rp100.000 + Rp3.400 + Rp20.000 = Rp123.400 per produk.

Jadi, mark up pricing untuk produk 1 minimal Rp23.400 atau dijual seharga Rp123.400 untuk menghindari terjadinya kerugian. Contoh tersebut merupakan nilai mark up yang minimal. Namun, Anda juga bisa menentukan nilai mark up pricing yang lebih tinggi jika memungkinkan dan tentunya menyesuaikan daya beli konsumen.

Antisipasi Mark Up Pricing Yang Dilakukan Secara Ilegal Oleh Karyawan Dan Dampak Negatifnya

Mark up pricing tidak selamanya diterapkan secara positif. Pada bisnis retail, mark up pricing digunakan untuk mendapatkan suatu keuntungan dari setiap penjualan produk. Namun pada bisnis maupun urusan yang lain, mark up pricing atau sering disebut juga dengan penggelembungan dana dan dilakukan secara ilegal dapat menimbulkan masalah.

Contoh Kasus Penggelapan Berkedok Mark Up Pricing

Sebagai contoh, terjadinya mark up pada anggaran pemerintahan. Bahkan ICW (Indonesia Corruption Watch) menyebutkan bahwa dua jenis korupsi yang terjadi di sepanjang tahun 2018 meliputi mark up dana dan juga penyalahgunaan anggaran. Setidaknya terdapat 76 kasus korupsi dengan modus mark up pada anggaran yang menyebabkan kerugian negara mencapai Rp541 miliar.

Kasus ini juga acap kali terjadi dalam dunia bisnis yang mana pelakunya adalah oknum-oknum yang curang dan ingin memperoleh keuntungan pribadi. Mereka biasanya melakukannya saat akan menyusun anggaran pengadaan produk/barang untuk perusahaan.

Tindakan seperti ini tentu saja akan menimbulkan banyak kerugian bagi perusahaan. Pengeluaran perusahaan akan menjadi tidak efisien, sehingga bisa menyebabkan tidak maksimalnya keuntungan yang didapat atau bahkan bisa mengalami kerugian secara finansial yang nantinya bisa menyebabkan kebangkrutan bisnis.

Solusi menggunakan Sistem ERP

Lalu bagaimana caranya agar bisnis yang Anda kelola bisa aman dari mark up pricing ilegal yang dilakukan oleh karyawan? Anda bisa menggunakan software ERP (Enterprise Resource Planning) dalam memanage sistem di perusahaan Anda.

ERP tak hanya berkaitan dengan planning ataupun resource saja, namun, inti dari sistem ERP yaitu untuk menyatukan keseluruhan bagian atau departemen serta fungsi pada sebuah perusahaan dan memasukkannya ke dalam satu sistem komputer yang akan mengakomodasi seluruh kebutuhan yang lebih spesifik dari setiap departemen.

ERP adalah sebuah software yang berfungsi untuk mengelola serta mengintegrasikan berbagai aktivitas setiap operasional pada suatu bisnis. ERP biasanya hanya digunakan oleh perusahaan berskala besar, namun saat ini telah diterapkan di kalangan UKM.

Penggunaaan software ini dalam merencanakan kebutuhan perusahaan dan juga konsumen melalui sistem informasi merupakan keputusan yang sangat tepat. Keunggulan ERP adalah sistem perhitungan akuntansi akan terintegrasi secara otomatis.

Sistem ini juga dapat memfasilitasi semua informasi tentang perusahaan agar bisa menghasilkan keputusan yang menguntungkan bagi perusahaan. Sehingga nantinya akan sanggup bersaing dengan perusahaan lain. Semua database perusahaan bisa disatukan, dan akan memudahkan pada saat pencarian data.

Selain itu, sistem ini juga bisa memantau segala kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh karyawan, salah satunya adalah mark up pricing yang diselewengkan. Karena setiap data yang masuk secara otomatis akan terintegrasi langsung dengan pembukuan atau akuntansi perusahaan. Jadi, setiap barang masuk dan keluar beserta harganya bisa langsung di pantau.

Tinggalkan Balasan